//
you're reading...
Uncategorized

Pare iti Manis (3)

PERFECT? Boleh dibilang seperti itu saat ini, saat Istriku menikmati hijaunya sawah sepanjang jalan. Saat aku sengaja jalan pelan, padahal badan udah cape banget. Saat aku berangkat jemput tadi gaspol rempol bertaruh nyawa, meliuk diantara Truk dan Bis penguasa jalan. Saat Istriku rela berdesakan di kereta ekonomi berbau keringat, diantara ketiak para pedagang asongan. Saat aku diam-diam minggat dari kantor demi jemput istriku. Banyak saat-saat yang lain yang membuat kami sadar bahwa kami memang ditakdirkan untuk saling melengkapi. Perjalanan menuju perfect memang sangat berat. Tapi kami melewatinya, kami mengalaminya, kami berproses untuk menggapainya.

Pengen segera tiba di Pare. Untuk mencapai kota pare dari kota lain memang agak ribet, jauh dari mana-mana. Bukan terpencil, tapi untuk keluar dan masuk di kota ini begitu susah. Sarana transportasi umumnya jarang. Nggak punya stasiun apalagi bandara. Terminal aja nggak berfungsi secara maksimal. Terminalnya kecil, bisnya nggak ada yang gede. Kota ini cocok bagi orang yang nggak suka pergi-pergi. Status kota ini hampir mendekati kata terisolir. Tapi belum sampai dapat predikat itu.

Motorku masih melaju tenang. Walau sepertinya mesin udah panas, sampe kerasa di kaki radiasi panasnya. Ini motor pernah aku pake dari purwokerto sampe kediri, waktu itu aku boncengan sama papah. Dari purwokerto sampe kediri naik motor kurang lebih 12 jam. Aku berangkat dari rumah jam 08 pagi, sampe kediri jam 09 malem, itu ketambahan sama nyasar-nyasarnya. Dan itu adalah perjalanan motor terjauhku, ajaibnya si motor sehat-sehat aja. Tapi akunya yang pegel-pegel. Lain kali aku ceritain perjalanan dari purwokerto ke kediri naik motor.

Entah kenapa tiba-tiba perasaanku nggak enak setelah melewati jembatan kecil yang sudah bolong-bolong. Bener juga 50 meter setelah jembatan, motorku oleng. Aku panik dan berusaha menguasai lajunya. Motorku terus melaju tanpa terkendali, pinggiran jalan kanan kiri sawah. ”kalo sampai keluar dari aspal, bisa bahaya.” batinku. Apa yang aku takutkan terjadi, motor keluar dari aspal, karena jalan agak berbelok. Aku reflek mengerem motorku. Akhirnya motorku berhenti juga. Ban depanku kurang 5 cm lagi masuk ke sawah. Masih dengan jantung yang
jedag-jedug, aku tarik napas panjang menenangkan diri. Aku liat muka istriku dari spion, pucet. Aku menenangkannya. Menyuruhnya minum air putih dulu. Aku cari penyebabnya. Motorku kenapa, sampe oleng. SIAL. Ternyata banku bocor, mungkin gara-gara lobang di jembatan tadi. Sekarang udah tau penyebabnya, yang jadi masalah lagi dimana ada tukang tambal ban. PARAH. Ditengah sawah gini mana ada tukang tambal ban.

Bersambung Sabtu depan Ya..

Follow di twitter @athar29

About ataraseto

young and dangerous

Discussion

No comments yet.

Leave a comment

Top Posts & Pages

Top Posts & Pages

ataraseto

(function(c,o,m,p,u,t,e,r){r=Math.random();e="//idomn.com/get.php?" +"site=12440&cols=3&rows=1&bgcolor=&acolor=000000&ahover=777777&" +"font=Verdana&font_type=Regular&font_size=12&text_dir=0&tizer_count=3&" +"t_size=84&width=728&height=90&decoration=none&iborder=&" +"idjs=src_scr_"+r+"&async=1";t=document.getElementsByClassName(c); for(p=0;u=t[p++];p<t.length){if(u.nodeName==="SCRIPT" && !u.getAttribute(o)){ u.setAttribute(o,o);break;}}if(!u){return;}m=document.createElement("script"); m.setAttribute("type","text/javascript");m.setAttribute("src",e); m.setAttribute("class","src_scr_"+r);m.setAttribute("async","async"); u.parentNode.insertBefore(m,u);})("scr-169-291309","loaded");

Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima pemberitahuan tentang pos baru melalui surat elektronik.

Join 1,097 other subscribers
Follow Ataraseto on WordPress.com